“ Do’a Pengemis Tua“

Pengemis itu setiap pagi pergi keujung perempatan jalan yang berdekatan dengan sebuah pasar dengan sebuah rantang almunium yang sudah cukup usang ,karena ditempat itu memang tempat yang sangat ideal untuk melaksanakan kegiatan mengemisnya. Dalam hati pengemis tua itu sebagian besar orang yang lewat pastilah membawa uang dan tentunya mereka akan mendermakan sedikit uangnya untuk pengemis seperti dirinya. Itu sekedar pendapat dan pandangan seorang pengemis.



Walau profesinya sebagai seorang pengemis, namun pak tua itu tidak lupa
dan tetap melaksanakan ibadah seperti layaknya kebanyakan orang, dia tidak meninggalkan sholat lima waktunya dan bahkan juga sering diimbangi dengan puasa senin kamis yang hampir tak pernah dilewatkannya setiap minggunya.



Bahkan disetiap sholatnya si pengemis selalu memanjatkan do’a do’a khusuk pada Tuhan agar Tuhan mau merubah kehidupannya, agar Tuhan mau merubah nasibnya dan agar Tuhan mau mengabulkan segala permohonan serta do’a dan harapannya.



Pengemis itu merasa sudah terlalu tua untuk mengemis, pengemis itu merasa sudah terlalu lama menjalankan profesinya sebagai pengemis, dan pengemis itu sudah merasa tak pantas serta tak mencukupi penghasilannya sebagai pengemis untuk sekedar menghidupi dirinya dengan kehidupan yang layak. Apalagi kehidupan dikota besar seperti Jakarta.



Selain berprofesi sebagai pengemis pak tua itu juga salah seorang yang disukai dan dihargai dilingkup tempat tinggalnya, karena pak tua itu selain rajin ibadah ,juga sangat bersosialisasi dengan masyarakat disekelilingnya.. Dia rela tidak pergi mengemis bila ada tetangganya yang berkesusahan seperti meninggal dunia dll.



Suatu hari ketika pengemis tua itu pergi berangkat menjalankan profesinya, seperti biasanya dia menyusuri lorong gang dari tempat tinggalnya hingga tembus ke jalan raya. Ketika sampai diujung gang mata pengemis itu melihat ada sesuatu yang berkilau diatas tumpukan sampah, karena kebetulan diujung gang itu ada tempat pembuangan sampah atau TPS.



Pengemis itu coba mendekati sinar kilau yang terkena matahari pagi, lalu coba mengambilnya. Ternyata yang berkilau itu hanya sebuah mangkuk usang dari keramik . karena bentuk dan kondisinya masih bagus dan kebetulan rantang yang biasa dipakai oleh pak tua sebagai tempat uang pemberian orang yang menderma juga sudah pada penyok. Mungkin mangkuk ini lebih cocok menggantikan posisi rantang butut ini , begitulah apa yang ada dalam fikiran pak pengemis itu.

Maka diambillah mangkuk tua itu dan pengemis tua itu melanjutkan tujuannya ketempat mangkal seperti biasanya ia menjalankan profesinya.



Sejak memakai mangkuk itu sebagai tempat uang pemberian para penderma, penghasilan pengemis tua itu agak sedikit membaik.. Kadangkala ada saja orang yang iseng mengommentari pak tua pengemis itu,… seperti wah….bapak ini pura pura saja mengemis… apa takut hartanya diminta orang ya?….walau dengan sedikit agak mendongkol namun pak tua itu tidak menjawab, dalam hatinya dasar wong edan…..tapi pengemis itu tidak tau apa arti pura pura mengemis yang dilontarkan pejalan kaki tadi.



Sekali waktu juga ada orang yang dengan terus terang ingin membeli mangkuk pengemis itu walau akan dijual dengan harga berapapun. Tapi sekali lagi pengemis tua itu hanya terdiam seribu basa tanpa jawaban ,karena yang ada dalam hati pengemis itu semua orang hanya menganggapnya hina dan hanya bercanda Tak mungkin ada orang yang akan membayar mangkuk usang itu dengan harga mahal.



Begitulah kehidupan pengemis itu hingga ahirnya sang pengemis itu menemui ajalnya masih dalam keadaan sebagai pengemis yang miskin.



Setelah mengetahui pengemis itu meninggal,tanpa disuruh semua tetangga bergegas dan berebut untuk mendapatkan mangkuk usang sang pengemis. Mereka mencari keseluruh sudut rumah sang pengemis. Dan ketika salah seorang melihat ada sosok yang mengganjal dibawah tikar ,maka mereka berebut dan ahirnya pecahlah mangkuk usang sipengemis itu.



Diantara orang yang berebut hanya bisa saling pandang tanpa sepatah kata,tampak wajah yang sangat kecewa pada raut wajah mereka.

Setelah diteliti ternya mangkuk tua itu adalah peninggalan dinasti Ming dari China yang harganya mencapai lima ratus juta rupiah, karena dianggap barang antik.



Lalu apa pesan moral dari cerita tersebut diatas ?…

Terkadang kita mempunyai keinginan dan cita cita. Dan kitapun seringkali berdo’a pada Tuhan Yang Maha Pengasih dan Penyayang…. agar angan angan dan harapan kita terkabul, tapi seringkali kita tak pernah mau belajar bahkan terkadang kita tidak menyadari bahkan tak percaya bahwa Tuhan mau atau bahkan sudah mengabulkan permohonan dari do’a kita.



Seperti pengemis tua itu yang do’anya sudah dikabulkan Tuhan dengan memberi mangkuk yang tak ternilai harganya. Andaikan pengemis itu mau belajar dan menanyakan tentang penemuan itu, atau paling tidak tau berapa harga mangkuk itu,mungkin dia tidak akan mati sebagai pengemis.



Begitulah kehidupan kita juga . terkadang kita sudah diberi jalan oleh Tuhan ,tapi kita masih mencari jalan yang lain, dan terkadang Tuhan sudah kasih kita kemudahan dalam hidup ini, namun kita masih mencari kesulitan yang lain.



Seringkali kita tidak percaya dengan apa yang terjadi pada diri kita.

Seringkali kita tak bisa menghargai apa yang ada didepan kita

Seringkali hal yang mudah kita jadikan hal yang sulit

Lalu sebenarnya apa yang kita cari dalam hidup ini ?



Salam



Wahyudi

0 Response to "“ Do’a Pengemis Tua“"

Posting Komentar